Tuesday 3 May 2011

MENGENAL HIV/AIDS

Mungkin anda sering mendengar HIV atau penyakit AIDS. Ya, penyakit yang masih menjadi momok bagi dunia kesehatan ini sangat lah menakutkan. Prognosis dari penyakit ini sangatlah buruk. Namun, banyak yang belum mengetahui apa dan bagaimana HIV/AIDS itu sesungguhnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS disebabkan karena infeksi oleh virus HIV. HIV sendiri termasuk dalam genus Lentivirus, dan famili Retroviridae. AIDS disebabkan paling banyak oleh HIV-1, HIV-2 mempunyai kesamaan seqence dengan HIV-1 sebanyak 40%. Virus-virus ini dapat ditularkan dengan hubungan seksual, melalui kontak dengan darah, produk-produk darah atau cairan tubuh lainnya (seperti pada pengguna obat-obatan yang berbagi jarum suntik), secara intrapartum dari ibu ke anak, maupun dari air susu ibu. Tidak ada bukti bahwa virus ini dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk.
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi untuk mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
Di dalam tubuh, partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang mauk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang bertahap.
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang dirasakan adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulai infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala) yan umunya berlangsung 8-10 tahun. Seiring dengan makim memburuknya kekebalan tubuh, pasien mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oppurtunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel tiap hari. Bersamaan dengan replikasi ini, terjadi kehancuran CD4 yang tinggi.
Tes HIV secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Untuk mendeteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi Ag, dan deteksi materi genetik dalam darah pasien.



GAMBAR SIKLUS HIDUP HIV
Pemeriksaan yang lebih mudah dilakukan yaitu pemeriksaan antibodi, biasanya digunakan ELISA (enzym-linked imunosorbent assay). Hal yang perlu diperhatikan adalah ”masa jendela”, yang merupakan waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk 4-8 minggu setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang negatif sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oppurtunistik atau limfosit CD4+ <200sel/mm3.
Secara umum, penatalaksaan nya terdiri dari beberapa jenis : (1) pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV) (2) pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS seperti jamur, tuberculosis, hepatitis, toxoplasma, sarcoma kaposi, limfoma, kanker serviks (3) pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial, dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.
Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi pasien menjadi lebih baik. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan yaitu nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease.
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan oleh WHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Kombinasi obat lini pertama yang digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV), lamivudin (3TC), nevirapin (NVP).
Efek samping dari pengobatan ARV adalah lipodystrophy (fat redistribution syndromes), hyperlipidemia, nephrotoksisitas, supresi sum-sum tulang, neuropathy, nausea, diare, gangguan tidur, rash, and peningkatan kadar gula darah, yang dapat menyebabkan diabetes mellitus.
Program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang terbukti sukses dan dianjurkan oleh WHO adalah:
1.Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja dan dewasa muda
2.Program penyuluhan sebaya (peer sroup education) untuk berbagai kelompok sasaran
3.Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
4.Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril
5.Program pendidikan agama
6.Program pelayanan pendidikan infeksi menular seksual
7.Pelatihan ketrampilan hidup
8.Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
9.Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak
10.Integrasi program pencegahan dan program pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap orang dengan HIV/AIDS
11.Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian ARV

1 comment: