Friday 29 April 2011

Kenali dan Cegah Rabies Sekarang!

Akhir-akhir ini kasus rabies mulai meningkat dan meresahkan warga. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan pengetahuan tentang apa itu rabies, dan bagaimana cara mencegah penyakit tersebut.
Rabies merupakan suatu penyakit infeksi susunan saraf pusat yang selalu berakibat fatal yaitu kematian bagi penderita yang terkontak dan tidak divaksinasi. Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta rabhas atau bahasa Latin rabere yang artinya ganas atau mengamuk. Rabies adalah salah satu penyakit yang paling tua yang dikenal dalam sejarah manusia, namun sampai saat ini angka kematian akibat rabies di seluruh dunia masih tinggi, mencapai 30.000 sampai 70.000 per tahun.
Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies yang bersifat neurotropik. Virus ini merupakan virus single-stranded RNA yang diklasifikasikan dalam ordo: mononegavirales, famili : rhabdoviridae, genom : lyssavirus, spesies : virus rabies.

Virus rabies adalah virus neurotropik yang penyebarannya berlangsung di sepanjang perjalanan berkas saraf, menginvasi sistem saraf pusat dan menimbulkan infeksi akut.
Umumnya rabies ditularkan ke manusia melalui gigitan atau jilatan (air liur) hewan yang terinfeksi, tapi bisa juga melalui cakaran, sekret yang mengkontaminasi membrane mukosa, secara aerosol, maupun melalui transplantasi organ dari penderita rabies.

Awalnya virus akan bereplikasi di sel-sel otot, sehingga terjadi peningkatan jumlah partikel virus di tempat gigitan (daerah inokulasi), kemudian glikoprotein virus akan berikatan dengan reseptor nikotinik (asetilkolin). Ikatan antara virus dengan reseptor asetilkolin akan melokalisasi dan menyebabkan konsentrasi virus pada sel post-sinaps, sehingga memfasilitasi transfer virus ke saraf perifer. Selain reseptor asetilkolin, virus rabies juga berikatan dengan reseptor lain, yaitu neural cell adhesion molecule (NCAM) yang terdapat di membran presinaps, dan reseptor neurotropin p75 (p75NTR). Setelah berikatan dengan reseptor, virus akan memasuki sel saraf motorik dan sensorik perifer dan bermigrasi secara sentripetal melalui akson ke medula spinalis dengan kecepatan 50-100mm/hari. Begitu medula spinalis terinfeksi, virus rabies akan menyebar dengan sangat cepat di sepanjang jalur neuroanatomikal saraf menuju otak dan menginfeksi sel purkinje serebelum, batang otak, diensefalon, ganglia basalis, hipokampus, dan korteks serebri. Di otak akan terjadi replikasi virus besar-besaran dan kemudian virus akan menyebar secara sentrifugal ke semua susunan saraf somatik dan otonom (kelenjar ludah, retina, kornea, mukosa hidung, dan organ lain).





Masa inkubasi penyakit rabies sangat bervariasi, umumnya 20-90 hari, tapi ada beberapa kasus yang dilaporkan memiliki masa inkubasi kurang dari 1 minggu dan lebih dari 5 tahun. Lamanya masa inkubasi ini dipengaruhi oleh berbagi faktor, yaitu: jarak antara tempat gigitan dengan susunan saraf pusat, derajat keparahan/beratnya luka, jumlah virus yang masuk, status imunitas penderita, dan banyaknya persarafan di daerah luka.

Gejala awal rabies meliputi demam, malaise, mual, rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari, rasa nyeri dan panas disertai kesemutan pada tempat luka. Tonus otot dan aktivitas simpatis meningkat dengan gejala-gejala hipersalivasi (ludah banyak), hiperhidrosis (berkeringat lebih), hiperlakrimasi (keluar air mata berlebih) dan dilatasi pupil (mata sedikit melebar). Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncak yang sangat khas dengan adanya berbagai fobia, yaitu hidrofobia (takut air) dan aerofobi. Gejala-gejala stadium eksitasi ini akan memberat, kemudian diikuti dengan koma dan berakhir dengan kematian.

Rabies ganas dengan mudah dapat dikenali jika ada riwayat terpapar/gigitan anjing dan seluruh tanda klinis muncul (hipersalivasi, hidrofobi, dan agitasi). Banyak dokter familiar dengan bentuk gejala klinis rabies seperti agitasi intermitten, berontak, berteriak-teriak, menggigit, reaksi fisik saat melihat air karena ada spasmus faringeal, hiperventilasi, hipersalivasi, dan konvulsi/kejang lokal atau general.
Diagnosis rabies pada fase awal sering kali sulit untuk ditegakkan dikarenakan tanda dan gejala yang tidak spesifik, terutama apabila riwayat kontak gigitan dengan binatang tidak jelas. Maka untuk membantu penegakan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, karena penegakan diagnosis rabies yang definitif hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium. Metode penegakan diagnosis rabies antemortem (intravitam) adalah berdasarkan pemeriksaan antibodi. Jadi bila anda tergigit anjing atau binatang lainnya, ada baiknya segera memeriksakan diri anda ke pusat-pusat kesehatan terdekat sebelum terlambat.
Sampai saat ini belum ada terapi yang efektif pada kasus rabies apabila sudah muncul gejala. Pemberian terapi berupa vaksin, obat-obat antiviral (ribavirin, interferon-α), serum anti rabies (human Ig atau antibodi monoclonal), dan ketamin (antagonis reseptor NMDA), sudah pernah dicoba tapi belum memberi hasil yang efektif. Maka yang paling penting adalah tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ada dua jenis yaitu pencegahan preexposure (sebelum terkena) dan pencegahan postexposure (setelah terkena).
Tindakan pencegahan preexposure terutama diberikan pada orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi, misalnya para peneliti rabies yang bekerja di laboratorium, dokter hewan dan wisatawan yang berkunjung ke daerah endemis. Vaksin anti rabies diberikan tiga dosis yaitu hari ke-0, 7, 21 atau 28. Vaksin dapat diberikan secara IM di deltoid dengan dosis 0,5 ml, secara ID dengan dosis 0,1 ml.
Tindakan pencegahan post-exposure adalah tindakan pencegahan yang dilakukan apabila telah ada kontak dengan hewan yang terinfeksi rabies. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mencuci luka dengan air mengalir dan sabun/detergen selama minimal 15 menit, kemudian member antiseptik lokal, seperti povidon iodine atau alkohol 70%. Tindakan berikutnya adalah pemberian vaksin anti rabies (VAR) saja atau dengan serum anti rabies (SAR). SAR diberikan bila luka terdapat pada tubuh diatas bahu (muka, kepala, leher), luka yang dalam atau multipel atau jilatan/luka pada mukosa.
Mari kita bersama-sama cegah rabies mulai hari ini. Jangan pernah takut untuk memeriksakan diri anda ke dokter, sebelum bertambah parah.

No comments:

Post a Comment