Monday 25 April 2011

OBESITAS DAN CARA MENGATASINYA

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak, dan kolesterol. Apalagi saat ini banyak ditawarkan makanan siap saji (fast food) yang dampaknya dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas.
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri tubuh dan atau pemeriksaan laboratorik. Untuk antropometri biasanya menggukan index masa tubuh, pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan, pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit. Pengukuran lemak secara laboratorik seperti misalnya densitometri dapat membantu menegakkan diagnosa obesitas.
Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi. Kelebihan energi dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Sebagian besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor nutrisional sedangkan faktor kelainan hormonal maupun genetik hanya menyebabkan obesitas sekitar sepuluh persen
Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan seperti misalnya aktivitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional.
Aktivitas fisik merupakan komponen utama yang berperan dalam terjadinya obesitas. Penelitian di Jepang menunjukkan risiko obesitas yang rendah pada seseorang yang mempunyai kebiasaan olah raga. Selain itu, penelitian di Amerika menunjukkan bahwa orang yang menonton televisi lima jam per hari mempunyai risiko obesitas lima kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang menonton televisi dua jam tiap harinya.
Faktor sosial ekonomi juga berperan dalam timbulnya obesitas. Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari makanan cepat saji semakin mudah terjangkau sehingga hal ini akan berisiko menimbulkan obesitas.
Dampak yang ditimbulkan dari obesitas antara lain terjadinya peningkatan insiden penyakit jantung, diabetes, gangguan berupa nyeri panggul atau lutut serta terbatasnya gerak panggul. Disamping itu, dapat pula terjadi peningkatan tekanan darah dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat berakibat menimbulkan penyakit strok.
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka pengobatan obesitas seharusnya dilaksanakan dengan mengikutsertakan keluarga dalam proses terapi. Prinsip penanganan obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi dengan cara pengaturan diet, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengubah pola hidup.
Prinsip pengaturan pola makan adalah dengan diet seimbang. Diet seimbang didapat dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh kurang dari 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol kurang dari 300mg per hari. Diet tinggi serat sangat dianjurkan pada penderita obesitas.
Pengaturan aktivitas fisik haruslah disesuaikan agar mencapai hasil yang maksimal. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah aktivitas fisik yang menggunakan keterampilan otot seperti bersepeda, berenang, ataupun senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari.
Untuk perubahan perilaku sangatlah penting dalam mengubah pola hidup agar tidak memperparah obesitas. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, asupan makanan, dan aktivitas fisik sangatlah perlu untuk diterapkan dalam penderita obesitas. Mengontrol rangsangan untuk makan, mengubah perilaku makan, mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi serta mengurangi makanan camilan dapat membantu suksesnya penurunan berat badan.
Terapi intensif diterapkan pada penderita obesitas berat yang disertai komplikasi yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan di atas. Terapi ini terdiri dari diet yang berkalori sangat rendah, penggunaan obat-obatan dan terapi bedah.
Diet dengan kalori sangat rendah hanya memerlukan asupan kalori sebesar 600-800 Kkal per hari dan protein hewani 1.5-2.5 gram per kilogram berat badan ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum air putih lebih dari 1.5 liter per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter. Sedangkan obat-obatan yang digunakan untuk obesitas biasanya bekerja dengan cara menekan nafsu makan, menghambat penyerapan zat-zat gizi dan obat yang dapat meningkatkan penggunaan energi.
Obesitas bukanlah suatu keadaan yang tak berujung, oleh karena itu teruslah berusaha untuk hidup sehat dengan selalu berpikir positif.

No comments:

Post a Comment