Thursday 19 May 2011

Waspada Obat Encok dan Anti Nyeri !

Terkadang orang sering menghubung-hubungkan nyeri sendi dengan asam urat bukan. Sejatinya, nyeri asam urat bukan di sendi-sendi besar, seperti di dengkul, melainkan di sendi-sendi yang lebih kecil.  
Apabila kita tidak memeriksa kadar asam urat darah, maka kita tidak mungkin mendiagnosis seseorang mengidap asam urat. Keliru bila setiap kali muncul keluhan nyeri sendi, serta-merta berpikir perlu minum jamu asam urat misalnya, atau membeli obat antinyeri sendiri di warung. Selain tidak tepat, kita cuma meniadakan keluhan semata, namun tidak mengatasi penyebabnya. Mestinya dengan cara menurunkan asam urat dalam darahnya. 
Nyeri sendi dengkul sering lantaran usia tua. Mereka yang waktu muda dengkulnya sering terbentur, terantuk, atau menumpu sewaktu terjatuh, mudah mengalami encok lutut setelah berusia lanjut. Bekas pemain sepakbola, atlet, sering encok lutut. Kelak setelah usia lanjut encoknya muncul. Maka encok sendi lutut lazim terjadi pada usia lanjut. 
Encok sendi lutut atau osteoartritis sukar disembuhkan. Sebab, akibat sudah terjadi luka lecet pada permukaan sendi, sementara cairan sendinya sendiri sudah semakin berkurang dengan bertambahnya usia, dengan banyak gesekan antar permukaan sendi, sendi meradang. Obat encok di sini cuma meredakan keluhan nyerinya saja, tanpa memperbaiki kerusakan permukaan sendi yang bergesekan.  
Kalaupun sampai terbentuk pengapuran sendi, di sendi lutut misalnya, itu biasanya akibat lecet sendi sebelumnya yang membentuk penumpukan tulang berlebihan, sehingga pada permukaan sendi yang lecet itu terbentuk tonjolan tulang. Bagian ini biasanya perlu dibuang lewat pembedahan sendi lutut, kalau tidak mau terus-menerus terganggu oleh nyeri sendi. Kasus begini sia-sia kalau cuma diberi obat antinyeri encok. 
Yang sama kerap terjadi di ruas tulang leher. Akibat kebiasaan salah menggunakan tulang leher, seperti menekuk-nekukkan kepala seperti yang biasa dilakukan oleh tukang cukur, sehingga terjadi benturan atau pergesekan antar ruas tulang leher yang bisa bikin lecet permukaan sendi, tumbuh penulangan baru yang kita sebut pengapuran. 
Namun, tidak semua keluhan nyeri atau rasa tidak enak di leher, tentu pengapuran penyebabnya. Baru setelah dibuat foto ruas tulang leher, kita bisa mendiagnosis ada pengapuran di sana. Jepitan saraf leher, darah tinggi, stres lantaran tegang (tension) bisa juga bikin leher terasa penat dan kencang.  
Lain penyebab, lain pula obatnya. Kasus pengapuran sendi hanya bisa disembuhkan dengan koreksi operasi, dan tak cukup minum obat seperti kalau cuma pada kasus jepitan saraf atau jiwa yang tegang saja. 
Nyeri encok sebab asam urat tinggi (jika kadarnya dalam darah lebih dari 7,0) tak perlu minum obat encok. Ada obat khusus buat nyeri encok urat yang berbeda dengan obat encok biasa.  
Kasus asam urat baru akan tuntas diatasi kalau kadar asam uratnya diturunkan, sementara obat antinyerinya hanya membantu mengurangi keluhan nyeri urat yang memang dahsyat. Seringnya pada sendi jempol kaki, tumit, dan tangan. 
Nyeri encok juga bisa muncul pada kasus encok sebab penyakit darah rheumatoid arthritis. Selama kelainan darahnya tidak diredam dengan obat khusus, percuma minum obat encok pereda nyeri belaka.  
Sendi akan terus membengkak, merah meradang, dan bila dibiarkan akan menimbulkan kerusakan sendi yang menetap, yang akhirnya membentuk kecacatan sendi. Tulang-tulang yang bengkok dan kaku, ujung penyakit ini. 


Belakangan ini semakin banyak jamu, obat tradisional, dan bahan berkhasiat di Jepang, Korea, dan Cina sendiri yang ditarik dari pasaran sebab baru kemudian terbukti berbahaya (ephedera, salah satunya). 
Padahal, kita kerap mendengar bahwa begitu banyak obat tradisional mancanegara yang mengaku bisa menyembuhkan aneka ragam penyakit, tanpa jelas apa isinya. 
Sebetulnya kita punya cara sederhana untuk menalar sebelum mempercayai suatu bahan berkhasiat. Pertama, bahwa tidak ada bahan berkhasiat yang berkategori ?obat dewa? atau obat yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Semakin sesuatu obat atau bahan berkhasiat mengklaim dirinya bisa menyembuhkan lebih dari satu penyakit, semakin harus membuat kita ragu dan sangsi. 
Kedua, semakin tokcer suatu obat, jamu, atau bahan berkhasiat, semakin harus disangsikan apa tidak kelewat keras racun yang dikandungnya. Kita tahu bahwa semua bahan berkhasiat dari alam, selain sudah teruji zat berkhasiatnya, harus teruji pula efek samping dan toksisitasnya (kandungan zat beracun) yang terikut di dalamnya. Hanya jamu, obat tradisional, dan bahan berkhasiat yang sudah teruji toksisitasnya yang laik dikonsumsi. 
Namun, belum semua jamu dan obat tradisional di pasaran sudah diuji toksisitasnya. Dengan demikian, kendati betul memberi khasiat dan bisa menyembuhkan, belum tentu selalu aman. Sisi ini yang sampai sekarang masih merupakan kelemahan kebanyakan obat tradisional maupun jamu di Indonesia.  
Sementara teknologi dan ongkos untuk menyaripatikan suatu bahan berkhasiat hanya mengambil zat berkhasiatnya saja dan menyingkirkan semua zat beracun di dalamnya masih sama tinggi dengan biaya menemukan obat baru. Sisi ini masih menjadi kendala, sehingga mengapa semua zat dalam bahan berkhasiat obat tradisonal masih kita telan semua, bukan cuma zat berkhasiatnya saja. Hanya beberapa perusahaan jamu yang sudah melakukan uji toksisitas, kendati belum menyaripatikan zat berkhasiat, dikategorikan aman untuk dikonsumsi. 
Jamu atau obat tradisional encok paling banyak yang dicampur dengan obat atau bahan berbahaya. Obat golongan corticosteroid (obat dewa dokter) yang bikin badan bugar, secara diam-diam banyak dicampur untuk obat encok yang bersembunyi di balik kedok obat tradisional.  
Beberapa golongan obat encok dokter sendiri beberapa sudah tidak boleh dikonsumsi lagi karena alasan efek samping yang jelek.  
Keseringan dan kebanyakan minum obat golongan corticosteroid bikin tulang jadi keropos, selain mengganggu keseimbangan hormon steroid tubuh, kulit kasar, berbulu, dan muka jadi tembam (moon face) atau  ?gemuk air?. Bukan jarang sebagaimana lazim semua obat encok dan obat pereda nyeri, corticosteroid juga melukai lambung. Lambung mereka yang sudah lanjut usia lebih rentan terluka oleh jenis-jenis obat begini. 
Mual, nyeri uluhati, atau muntah seperti air kopi, tanda terlukanya lambung mereka yang rutin mengonsumsi obat encok, jamu, obat tradisional yang mengandung obat, dan atau dicampur dengan corticosteroid. Termasuk perlu berhati-hati menenggak puyer sakit kepala. Betul langsung cespleng nyeri kepala atau sakit giginya, tapi lambung mungkin menjerit, terluka, dan berdarah. Bukan jarang harus masuk rumah sakit.  
Oleh karena gejala nyeri paling sering dikeluhkan orang, maka obat, jamu, obat tradisional, paling banyak dicari orang. Dengan demikian, paling banyak pula diproduksi.  
Kita tahu obat antinyeri ada beberapa golongan, berbeda-beda cara kerja maupun efek sampingnya, dan tersedia berpuluh-puluh merek untuk obat yang sama. Selain berbeda tingkat kekuatannya, ada pula sifat gabungan kerja dengan efek antidemam. Itu sebab obat tersebut digolongkan sebagai analgetic-antipyretic (antinyeri-antidemam).
Di luar obat encok, ada golongan yang lebih kuat pereda nyerinya, ada golongan yang lebih menonjol antidemamnya, selain ada pula golongan yang mampu lebih fokus meredam keluhan nyeri semata. Namun, sungguh tak mampu kalau nyerinya nyeri hati lantaran sudah kapok jadi rakyat terus.
(dari berbagai sumber)

Sunday 8 May 2011

Osteoporosis dan Osteoarthritis


Akhir-akhir ini, di televisi ditayangkan iklan susu ”A” yang mempertontonkan wanita-wanita melakukan gerakan menari, yang disertai sebuah narasi “dengarkan tulang Anda berderak” . sesungguhnya, kata-kata “tulang berderak” adalah pernyataan yang keliru dan menyesatkan.
Tulang tidak berderak. Yang berbunyi atau berderak adalah sendi, yang terletak diantara tulang.  Bunyi pada sendi tidak ada hubungan sama sekali dengan pengeroposan tulang atau yang biasa disebut osteoporosis. Bunyi pada sendi sering disebabkan karena pengapuran pada sendi atau biasa disebut dengan Osteoarthritis, dan pengapuran sendi ini bukan disebabkan oleh kekurangan kalsium. Jadi, bunyi sendi atau berderak bukan disebabkan kekurangan kalsium.
Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh berkurangnya densitas tulang dengan kerusakan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis merupakan penyakit yang disebabkan berbagai macam faktor risiko. Ada beberapa faktor risiko antara lain umur (tiap peningkatan 1 dekade, risiko meningkat 1,4-1,8), etnis lebih sering pada kaukasia dan mongoloid, perempuan lebih sering dari pria, serta ada atau tidak riwayat keluarga yang menderita osteoporosis. Kekurangan kalsium, jarang berolahraga, merokok, dan minuman beralkohol juga merupakan faktor risiko pencetus osteoporosis.
Untuk mendiagnosis osteoporosis diperlukan pengukuran terhadap massa tulang yang diukur menggunakan ukuran densitas mineral tulang. Pada seseorang dengan densitas sama atau lebih dari standar deviasi (SD) -2,5 dari rata-rata orang normal disebut osteoporosis dan bila SD antara -1 sampai -2,5 dibawah rata-rata orang normal disebut osteopenia. Setiap penurunan densitas tulang 1 SD, risiko relatif terjadinya fraktur/patah tulang meningkat 1,5 sampai 3 kali lipat.  
Upaya pencegahan terhadap fraktur osteoporosis harus difokuskan pada optimalisasi pembentukan massa tulang, pemeliharaan selama masa pertumbuhan, dan menghambat hilangnya massa tulang pada post-menopause dan penuaan. Olahraga yang teratur, konsumsi makanan mengandung kalsium dan vitamin D yang optimal dan memantau siklus menstruasi adalah beberapa cara untuk merangsang dan mempertahankan pembentukan tulang pada masa pertumbuhan.  Sedangkan untuk pasien usia lanjut, sebaiknya mengkonsumsi suplemen mineral dan vitamin. Pencegahan dengan hormonal dianjurkan diberikan pada wanita selama dan setelah menopause. Pada usia lanjut sebaiknya membantu mereka untuk menghindari dari jatuh dan fraktur yaitu dengan pemeriksaan mata, latihan regular untuk mengencangkan otot dan memperbaiki keseimbangan, bila perlu menggunakan alat bantu untuk berjalan.
Berbeda dengan osteoporosis, Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan tulang rawan sendi. Selama ini kedua penyakit ini, baik osteoporosis ataupun Osteoarthritis, sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun sekarang Osteoarthritis tidak lagi dianggap sebagai penyakit sendi degeneratif, tetapi merupakan akibat dari proses biomekanik, biokimia dan proses tingkat sel yang dinamis.
Untuk Osteoarthritis pada sendi biasanya selain nyeri pada sendi yang terkena, juga di dapatkan keluhan kaku pada sendi biasanya setelah beristirahat lama, seperti pada saat bangun tidur di pagi hari. Dan kaku sendi ini biasanya berlangsung kurang dari 30 menit. Selain itu juga di dapatkan ’bunyi berderak’ yang disebut krepitasi pada sendi yang terkena disertai terjadi hambatan gerakan pada sendi.
Pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena Osteoarthritis sudah cukup untuk membantu menegakkan diagnosis. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis Osteoarthritis ialah adanya penyempitan celah sendi pada sendi yang terkena, terdapat osteofit yang merupakan pembentukan tulang baru pada tepi tulang, serta terkadang terdapat perubahan struktur anatomi sendi.
Pengelolaan Osteoarthritis tergantung berdasarkan berat ringannya sendi yang terkena. Untuk itu perlu adanya edukasi dan penjelasan dari dokter mengenai penyakit ini. Selain itu terapi fisik dan rehabilitasi dapat juga dilakukan pada Osteoarthritis. Selain itu, terapi menggunakan obat-obat analgesik dapat meringankan penderitaan nyeri dari penderita. Perlu juga penambahan Chondroprotective agent, yaitu obat-obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada penderita Osteoarthritis.  


GambStruktursendi2001

Bila terapi diatas seluruhnya gagal mengurangi rasa sakit, maka terapi pembedahan dibutuhkan untuk penderita, selain itu pembedahan juga berfungsi untuk menkoreksi apabila terjadi kelainan anatomi pada sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jadi bila sendi anda berderak, bukan minum susu kalsium solusinya, tapi hubungilah dokter anda untuk mendapatkan penjelasan.

Thursday 5 May 2011

JANGAN PERNAH TAKUT MENJADI TUA (SUCCESSFUL AGING)


Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Proses menua atau menjadi tua atau berusia tua sering dianggap sebagai suatu masa menurunnya fungsi fisik dan kognitif yang tidak menyenangkan. Beberapa tahun kebelakang banyak ilmuwan, para dokter, dan orang awam telah menerima paradigma negatif mengenai penuaan atau menjadi tua tersebut.
            Usia tua seringkali dianggap sebagai masa untuk menjadi sakit-sakitan, jelek, mengalami penurunan status mental, tidak berguna, dan bahkan mengalami depresi. Oleh karena itu, walaupun manusia pada umumnya menginginkan panjang umur,namun hampir tidak ada satupun yang ingin menjadi tua. Padahal, proses menua adalah sesuatu yang alamiah yang pasti terjadi pada setiap makhluk hidup.
            Sebenarnya proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut, melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut umumnya menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun.
            Belakangan ini, di berbagai negara maju, pandangan negatif pada usia lanjut sudah mulai berubah. Dengan kemajuan dan perbaikan di bidang pelayanan kesehatan, nutrisi, dan latihan jasmani yang teratur, banyak orang tidak hanya beumur panjang, akan tetapi juga dapat menikmati kesehatan yang lebih baik. Bartambah pesatnya populasi usia lanjut di ngara-negara tersebut menyebabkan tumbuhnya kesadaran akan berbagai masalah pada usia lanjut yang harus dipecahkan, dan orang usia lanjutpun mulai dilihat dari sudut pandang yang positif. Saat ini, istilah successful aging telah dibahas di berbagai literatur.
            Menua adalah proses yang mengubah seseorang menjadi berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologis tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari.
            Proses menua ditandai dengan menurunnya kapasitas fungsional organ tubuh secara bertahap yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk memelihara keseimbangan dalam tubuh, terutama saat menghadapi stres baik fisik maupun psikologi. Sampai saat ini diyakini bahwa banyak sistem organ tubuh manusia mulai mengalami penurunan fungsi pada usia 30-40 tahun, dan selanjutnya berlangsung terus dengan kecepatan penurunan sebesar 1% per tahun.

           
Proses menua atau penuaan adalah sesuatu yang kompleks dan karenanya terdapat berbagai macam teori tentang penuaan tersebut. Diantara beberapa teori penuaan tersebut, teori radikal bebas merupakan teori yang paling banyak dikenal. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Denham Harman pada tahun 1956. Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan yang terbentuk sebagi hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolisme normal yang melibatkan oksigen. Karena elektronnya tidak berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain terutama dengan protein dan lemak tidak jenuh. Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan mutasi kromosom dan karenanya dapat merusak mesin genetik normal dari sel. Radikal bebas dapat merusak fungsi sel dengan merusak membran sel atau kromosom sel. Lebih jauh lagi, teori radikal bebas menyatakan bahwa terdapat akumulasi radikal bebas secara bertahap di dalam sel sejalan dengan waktu dan bila kadarnya melebihi konsentrasi ambang maka mereka mungkin berperan pada perubahan-perubahan yang seringkali dikaitkan dengan penuaan.
            Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan radikal bebas berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh sendiri, namun pada tingkat tertentu antioksidan tersebut tidak dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas yang berlebihan.
            Berbagai organisme menunjukkan perubahan bentuk dan fungsi seiring penuaan, beberapa diantaranya mungkin menyebabkan penurunan status fungsional. Perubahan-perubahan tersebut mungkin berhubungan dengan faktor proses menua, proses penyakit, paparan toksin, respon kompensasi terhadap trauma atau kombinasi berbagai faktor tersebut.
            Karakteristik penuaan tersebut tidak berlaku secara universal karena bisa berbeda antar individu maupun antar organ. Dalam konteks tersebut kemudian dikenal istilah usualdan successful aging. Usual aging digunakan untuk menunjukkan mereka yang memiliki karakteristik penuaan yang sama dengan kebanyakan idividu, mengalami penurunan fungsi fisik, sosial, dan kognitif. Sedangkan successful aging adalah suatu istilah bagi mereka yang tidak atau sedikit sekali menunjukkan karakteristik penuaan, dimana kehilangan fungsi amat minimal.
            Konsep successful aging diperkenalkan pada tahun 1986, yang kemudian pada tahun 1987 oleh Rowey dan Khan menyatakan bahwa terdapat tiga komponen dari successful aging yaitu tidak ada atau terhindar dari penyakit dan faktor resiko penyakit, fungsi fisik dan kognitif yang terpelihara, dan tetap aktif dalam kehidupan (termasuk memelihara diri sendiri dan dukungan sosial).
            Walaupun rerata harapan hidup setiap tahun terus meningkat, namun tetap banyak penyakit yang dapat menurunkan usia harapan hidup tersebut. Beberapa penyakit yang dikaitkan dengan usia tua yang banyak diteliti antara lain penyakit jantung, kanker, stroke, diabetes, dan demensia.
            Walaupun penyakit-penyakit tersebut tidak hanya terjadi pada orang usia lanjut namun prevalensi penyakit tersebut tinggi pada populasi usia tua sehingga menciptakan kesan bahwa penyakit tersebut merupakan bagian dari proses menua. Oleh karena itu, salah satu tujuan darri successful aging adalah menekan angka kesakitan tersebut. Untuk meningkatkan successful aging pada manusia jumlah orang yang dapat hidup sampai usia lanjut harus ditingkatkan, demikian pula pada saat yang bersamaan, penyakit yang terkait usia seperti yang disebutkan di atas diupayakan terjadi pada usia setua mungkin, dalam periode sesingkat mungkin menjelang kematian. Pencegahan primer seperti berhenti merokok, olah raga yang teratur, penurunan kolesterol, dan lain sebagainya, mempunyai efek yang bermakna terhadap penyakit-penyakit terkait usia tersebut.
            Successful aging mencangkup kepuasan terhadap kehidupan di masa lalu dan sekarang, mengandung komponen seperti kebahagiaan, keterkaitan antara tujuan yang diinginkan dan yang dicapai, konsep diri, moral, mood, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Fungsi sosial yang berkelanjutan adalah salah satu tujuan dari successful aging, meliputi kemampuan tinggi didalam memfungsikan peran sosial, interaksi antar sesama, serta partisipasi dalam masyarakat.
            Successful aging semestinya dipandang sebagai proses dinamis, sebagai hasil akhir perkembangan sosial selama hidupnya, dan sebagai kemampuan untuk tumbuh dan belajar menggunakan pengalaman masa lalunya untuk mengatasi situasi lingkungan saat ini.

Tuesday 3 May 2011

MENGENAL HIV/AIDS

Mungkin anda sering mendengar HIV atau penyakit AIDS. Ya, penyakit yang masih menjadi momok bagi dunia kesehatan ini sangat lah menakutkan. Prognosis dari penyakit ini sangatlah buruk. Namun, banyak yang belum mengetahui apa dan bagaimana HIV/AIDS itu sesungguhnya.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit atau kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
AIDS disebabkan karena infeksi oleh virus HIV. HIV sendiri termasuk dalam genus Lentivirus, dan famili Retroviridae. AIDS disebabkan paling banyak oleh HIV-1, HIV-2 mempunyai kesamaan seqence dengan HIV-1 sebanyak 40%. Virus-virus ini dapat ditularkan dengan hubungan seksual, melalui kontak dengan darah, produk-produk darah atau cairan tubuh lainnya (seperti pada pengguna obat-obatan yang berbagi jarum suntik), secara intrapartum dari ibu ke anak, maupun dari air susu ibu. Tidak ada bukti bahwa virus ini dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk.
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi untuk mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
Di dalam tubuh, partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang mauk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang bertahap.
Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang dirasakan adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulai infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala) yan umunya berlangsung 8-10 tahun. Seiring dengan makim memburuknya kekebalan tubuh, pasien mulai menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oppurtunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes.
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel tiap hari. Bersamaan dengan replikasi ini, terjadi kehancuran CD4 yang tinggi.
Tes HIV secara garis besar dapat dibagi menjadi pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Untuk mendeteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi Ag, dan deteksi materi genetik dalam darah pasien.



GAMBAR SIKLUS HIDUP HIV
Pemeriksaan yang lebih mudah dilakukan yaitu pemeriksaan antibodi, biasanya digunakan ELISA (enzym-linked imunosorbent assay). Hal yang perlu diperhatikan adalah ”masa jendela”, yang merupakan waktu sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk 4-8 minggu setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang negatif sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulangan 3 bulan kemudian.
Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Diagnosis AIDS untuk kepentingan surveilans ditegakkan apabila terdapat infeksi oppurtunistik atau limfosit CD4+ <200sel/mm3.
Secara umum, penatalaksaan nya terdiri dari beberapa jenis : (1) pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral (ARV) (2) pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS seperti jamur, tuberculosis, hepatitis, toxoplasma, sarcoma kaposi, limfoma, kanker serviks (3) pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial, dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.
Pemberian ARV telah menyebabkan kondisi pasien menjadi lebih baik. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan yaitu nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease.
Saat ini regimen pengobatan ARV yang dianjurkan oleh WHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Kombinasi obat lini pertama yang digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudin (ZDV), lamivudin (3TC), nevirapin (NVP).
Efek samping dari pengobatan ARV adalah lipodystrophy (fat redistribution syndromes), hyperlipidemia, nephrotoksisitas, supresi sum-sum tulang, neuropathy, nausea, diare, gangguan tidur, rash, and peningkatan kadar gula darah, yang dapat menyebabkan diabetes mellitus.
Program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS yang terbukti sukses dan dianjurkan oleh WHO adalah:
1.Pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja dan dewasa muda
2.Program penyuluhan sebaya (peer sroup education) untuk berbagai kelompok sasaran
3.Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
4.Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotika, termasuk program pengadaan jarum suntik steril
5.Program pendidikan agama
6.Program pelayanan pendidikan infeksi menular seksual
7.Pelatihan ketrampilan hidup
8.Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling
9.Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak
10.Integrasi program pencegahan dan program pengobatan, perawatan dan dukungan terhadap orang dengan HIV/AIDS
11.Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian ARV